Sabtu, 01 Februari 2014

naskah usulan skripsi

NASKAH USULAN

PENULISAN SKRIPSI




PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
PEMINATAN GEO INFORMATIKA

“JUDUL”
SISTEM INFORMASI BERBASIS WEBGIS DALAM PENENTUAN SEBARAN HABITAT SATWA LANGKA
(Studi Kasus Taman Nasional Gunung Gede –Pangrango)

AKBAR HIDAYAT
10215410880
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2014
1        LATAR BELAKANG
Penyebaran dan pertumbuhan populasi satwa langka di Indonesia terutama Gunung Gede-Pangrango banyak mengalami penurunan, selain faktor lingkungan, penyebab berkurangnya jumlah satwa yang hidup bebas di alam adalah faktor manusia. Eksploitasi besar-besaran terhadap hewan untuk dijadikan bahan perdagangan dan perburuan menyebabkan semakin banyaknya satwa langka. Satwa langka merupakan sebuah akibat dari penurunan jumlah populasinya di alam bebas dan mengalami kepunahan.Habitat merupakan tempat suatu makhluk hidup, semua makhluk  hidup mempunyai tempat hidup yang disebut habitat  [Odum, 1993]
Perburuan ini termasuk perburuan liar karena sesungguhnya perburuan ini tidak diperbolehkan oleh peraturan pemerintah maupun peraturan konservasi dan manajemen kehidupan. Perburuan liar adalah tindakan ilegal yang bertentangan dengan aturan dan undang – undang yang mengatur tentang perburuan liar terdapat pada pasal 21 (2) huruf a dan b pasal 40 UU No. 5/1990 tentang konservasi SDA Hayati dan Ekosistem dengan ancaman hukuman lima tahun penjara. [2]
Satwa langka ini harus segera dilindungi pada habitatnya agar tetap lestari dan tidak punah. Oleh sebab itu dibutuhkannya sebuah sistem informasi geografis berbasis web yang dapat mempermudah pengawasan sebaran habitat satwa langka yang ada di Gunung Gede- Pangrango, sehingga petugas ataupun polisi hutan dapat mengetahui dimana lokasi ataupun titik-titik koordinat habitat hewan langka tersebut berada berdasarkan tampilan peta yang disajikan dalam bentuk webgis.
2               RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan implementasi suatu aplikasi  sistem informasi geografis berbasis web untuk memetakan habitat satwa langka wilayah Gunung Gede – Pengrango, melalui (1) perolehan analisis ancaman kepunahan satwa langka tersebut; (2) input  titik – titik koordinat GPS Habitat satwa langka ke dalam sistem, dan (3) Penerapan metode Interpolasi IDW (Invers Distance Weighted) untuk implementasi pemetaan sebaran habitat satwa langka berbasis webgis di TNGGP.
3               BATASAN MASALAH
Pembatasan masalah diperlukan dalam penelitian ini agar tidak menyimpang dari konsep yang telah ditentukan. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Lokasi habitat satwa langka berada di TNGGP, dan (2) Satwa langka dibatasi hanya 4 jenis satwa langka, yaitu : Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili Jawa (Grizzled Leaf Monkey), Trenggiling (Manis javanica)  dan Macan Tutul (Panthera padus melas).
4               TUJUAN PENELITIAN
a.       Mengetahui posisi pergerakan satwa langka.
b.      Memetakan sebaran habitat wilayah satwa langka.
c.       Menampilkan sebaran habitat satwa langka dalam tampilan webgis
5               KONTRIBUSI PENELITIAN
Setelah pelaksanaan dan pencapaian tujuan penelitian, maka dapat diharapkan kontribusi hasil penelitian sebagai berikut :
a.       Mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat akan arti pentingnya kehidupan satwa langka tersebut agar tetap dijaga dan dilestarikan serta Masyarakat sebagai penduduk asli warga negara indonesia wajib untuk melindungi eksistensi hewan-hewan langka yang ada di Indonesia khususnya yang ada di Gunung Gede Pangrango.
b.      Pemerintah kota / provinsi  sebagai pembuat kebijakan pengelolaan Satwa Langka mampu mengawasi tindak perburuan liar dan Eksploitasi besar-besaran terhadap hewan untuk dijadikan bahan perdagangan dan perburuan menyebabkan semakin banyaknya hewan langka.

6               TINJAUAN PUSTAKA
6.1         Hasil Penelitian terkait sebelumnya
Tabel 6.1 Studi literature hasil penelitian yang terkait
No
Judul Penelitian, Penulis, Tahun
Resume hasil penelitian
1.
Pemodelan spasial habitat katak pohon jawa (rhacophorus javanus boettger 1893) dengan menggunakan sistem informasi geografis dan penginderaan jarak jauh  di taman nasional gunung gede pangrango  jawa barat, Muhammad Irfansyah Lubis, 2008 [9]
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model sebaran spasial habitat Rhacophorus javanus di TNGP dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jarak Jauh.
2.
Sebaran Populasi Dan Seleksi Habitat Macan Tutul Jawa Panthera pardus melas Cuvier 1809 DI PROVINSI JAWA TENGAH Hendra Gunawan Lilik B. Prasetyo2, Ani Mardiastuti dan Agus P. Kartono. 2009 [10]
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan peta baru tentang sebaran populasi macan tutul di Provinsi Jawa Tengah menurut wilayah unit pengelolaan hutan dan menurut tipe hutan. Melalui penelitian ini juga dipelajari kemungkinan adanya preferensi macan tutul terahadap tipe hutan tertentu dan faktor-faktor penyebabnya.
3.
Pemetaan Kesesuaian Habitat Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert 1797)  Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak,  Helianthi Dewi, Lilik Budi Prasetyo Dan Dones Rinaldi, 2007 [11]
penelitian ini dilakukan dengan tujuan (1) analisis spasial tingkat kesesuaian habitat owa jawa (H. moloch) di Taman Nasional Gunung Halimun- Salak; (2) menduga kondisi habitat owa jawa (H. moloch) di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak
4.
Studi Sebaran Spasial Aktivitas Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)Di Sptn V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Marlan, 2009 [12]
Harimau sumatera di lokasi penelitian memiliki bentuk sebaran spasial aktivitas mengelompok di hutan perbukitan. Tipe aktivitas harimau sumatera di lokasi penelitian terbukti di pengaruhi oleh
karakteristik habitat. Aktivitas harimau sumatera lebih banyak ditemukan pada tipe hutan perbukitan. Aktivitas berjalan dapat diketahui pada daerah yang berdekatan dengan sungai karena kondisi lantai hutannya berpasir atau tanah lembek.
5.
Tingkat Kesesuaian Dan Preferensi Habitat Leptophryne Cruentata, Tschudi 1838 Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,Susi Oktalina, 2010 [13]
Habitat dengan tingkat kelas kesesuaian tinggi mempunyai luas yaitu 653,625 ha, tingkat kesesuaian habitat rendah mempunyai luas 16.077,847 ha dan tingkat kesesuaian sedang mempunyai luas 7.666,023 ha. Faktor dominan yang mempengaruhi ditemukannya kodok merah adalah Jarak dari jalur manusia/patroli dengan memperhatikan faktor-faktor lain yaitu faktor arus sungai, faktor subsrat dan faktor vegetasi.
6
Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Penyebaran Demam Berdarah Dengue Kota Bogor, Albert Yosua, 2007. [15]
Sistem Informasi Geografis penyebaran DBD di Kota Bogor merupakan suatu aplikasi yang memberikan informasi tentang persebaran DBD. Informasi yang diberikan berupa visualisasi persebaran curah hujan dan penderita DBD secara spasial dengan menggunakan  metode Interpolasi IDW

6.2         Pengertian Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi yang menggunakan data-data spasial yang merupakan salah satu ciri dari sistem informasi geografis telah banyak mengalami perkembangan, dan salah satu pengertian sistem informasi geografis tersebut adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan dan mengupdate, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan semua bentuk informasi yang berferensi geografis (Prahasta 2009 :117). Banyaknya pemahaman tentang sistem informasi geografis yang ada tergantung dari segi mana sistem informasi geografis itu dilihat. Di pengertian lain, sistem informasi geografis adalah sistem iinformasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi – operasi yang dikenakan terhadap data tersebut ( prahasta, 2002 : 57) [3]
6.3         Hewan Langka
Hewan langka merupakan hewan yang sudah jarang ditemukan, dan keberadaannya hanya terdapat di tempat-tempat tertentu. Hewan langka adalah hewan yang hampir terancam punah dari keberadaannya akibat dari keserakahan manusia yang melakukan penebangan hutan secara liar yang merupakan habitat dan ekosistem dari hewan tersebut. Disamping itu yang menyebabkan kepunahan mereka adalah pembakaran hutan baik yang disebabkan oleh pemanasan global maupun adanya kesengajaan dari manusia itu sendiri dengan tujuan untuk memperluas areal pertanian ataupun memperluas wilayah pemukiman. Banyaknya hiasan-hiasan yang menggunakan tulang belulang dari hewan dengan harga yang lebih mahal, menjadikan perburuan dan perdagangan hewan menjadi semakin meningkat tanpa mengindahkan punahnya keberadaan hewan tersebut.
Di Indonesia terdapat banyak hewan langka yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Masyarakat sebagai penduduk asli warga negara indonesia wajib untuk melindungi eksistensi hewan-hewan langka yang ada di Indonesia, akan tetapi kurangnya informasi tentang hewan-hewan langka menjadi kendala untuk mengoptimalkan pelestarian hewan-hewan langka.
Berikut ini merupakan penjelasan beberapa jenis satwa yang ada di TNGGP. Jenis satwa akan diterangkan dengan nama latin, dan nama lokal satwa, sebagai berikut:
1.             Owa Jawa / Javan gibbon (Hylobates moloch)  
Termasuk kategori Endangered menurut IUCN Tubuh Owa Jawa ditutupi rambut yang berwarna kecoklatana sampai keperakan atau kelabu, bagian atas kepala berwarna hitam, Muka seluruhnya berwarna hitam. Owa Jawa ini mudah dikenal terutama karena tidak berekor, sehingga tergolong kelompok kera (Apes), kelompok monyet mempunyai ekor.
Owa termasuk satwa monogami dan hanya mempunyai satu pasangan untuk seumur hidup. “Keluarga inti”, biasanya terdiri dari 2 jantan dan 2 remaja, dan sangat territorial. Tidak seperti jenis Owa lain, Owa Jawa Betina yang bersuara untuk mengontrol teritorialnya setiap pagi dengan melakukan kontes suara/bernyanyi. Nama Owa berasal dari vokalisasi Owa yang sangat khas yang bisa didengar di hutan-hutan habitat Owa.
Terdaftar dalam IUCN masuk dalam kategori Endangered. Owa Jawa sudah dilindungi melalui Peraturan Perundang-Undangan RI sejak tahun 1931. Seperti Owa lainnya, Owa Jawa juga sering dipelihara sebagai hewan peliharaan (Pet), dan dijual di pasar hewan. Namun, karena peraturan perlindungan satwa ini cukup ketat, perdagangan Owa sudah tidak dilakukan secara terang-terangan.
2.             Surili Jawa (Presbytis comata)
Populasi Surili Jawa (Presbytis comata) semakin menurun seriring dengan berkurangnya luas hutan dan kerusakan hutan yang terjadi di pulau Jawa. Pada tahun 1986 diperkirakan terdapat 8.040 ekor Surili Jawa (Kool 1992) namun pada tahun 1999 jumlahnya tersisa 2.500 ekor saja (IUCN).
Karena populasinya yang semkin menurun ini, IUCN Redlist memasukkan Surili Jawa dalam status konservasi Endangered (terancam punah) sejak tahun 1988 hingga sekarang. CITES juga memasukkannya dalam daftar Apendiks II. Sedangkan oleh pemerintah Indonesia, Surili Jawa termasuk dalam satwa yang dilindungi sejak 5 April 1979, berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 247/Kpts/ Um/ 1979. Juga dilindungi berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 dan SK Menteri Kehutanan 10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/ 1991. Selain itu status dilindunginya primata endemik ini juga tertuang dalam lampiran PP No 7 Tahun 1999.
3.             Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas)
Kucing besar ini termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan di Indonesia berdasarkan UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999. Oleh IUCN Red list, Macan Tutul Jawa (Panthera padus melas) digolongkan dalam status konservasi “Kritis” (Critically Endangered). Selain itu juga masuk dalam dalam CITES Apendik I yang berarti tidak boleh diperdagangkan.
Jumlah populasi Macan Tutul Jawa tidak diketahui dengan pasti. Data dari IUCN Redlist memperkirakan populasinya di bawah 250 ekor (2008) walaupun oleh beberapa instansi dalam negeri terkadang mengklaim jumlahnya masih di atas 500-an ekor.
4.             Trenggiling (Manis Javanica)
Trenggiling (Manis javanica) atau dalam bahasa inggris disebut Sunda Pangolin adalah salah satu spesies dari genus Manis (Pangolin). Trenggiling hidup di hutan tropis dataran rendah. Makanan utamanya adalah serangga (semut dan rayap). Binatang ini mempunyai bentuk tubuh khas yang memanjang dan tertutupi sisik. Panjang dari kepala hingga pangkal ekor mencapai 58 cm. Panjang ekor mencapai 45 cm. Berat tubuh trenggiling sekitar 2 kg.
Trenggiling (Manis javanica) merupakan binatang nokturnal yang aktif melakukan kegiatan hanya di malam hari. Satwa langka ini mampu berjalan beberapa kilometer dan balik lagi kelubang sarangnya yang ditempatinya untuk beberapa bulan.
Karena itu, trenggiling di oleh IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) mengkategorikannya dalam “genting” (Endangered; EN) dalam IUCN Red List. Spesies ini juga dilindungi oleh CITES sebagai Apendiks II. Oleh pemerintah Indonesia, Trenggiling juga termasuk satwa yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999.
6.4         Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia. Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980. Dengan luas 22.851,03 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan, hanya berjarak 2 jam (100 km) dari Jakarta. Di dalam kawasan hutan TNGGP, dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau kantong semar (Nephentes spp); berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah, seperti jamur yang bercahaya. Disamping keunikan tumbuhannya, kawasan TNGGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung, dll, serta 250 jenis burung. Kawasan ini juga merupakan habitat Owa Jawa, Surili, Trenggiling dan Lutung dan Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah. Ketika anda hiking di kawasan TNGGP, anda dapat menikmati keindahan ekologi hutan Indonesia.
Sebagai kawasan wisata dan rekreasi, saat akhir minggu (Sabtu dan Minggu) dan hari libur, kawasan wisata Cibodas dan Kebun Raya Cibodas akan diramaikan oleh pengunjung yang membeli suvenir dan oleh-oleh berupa sayuran dan buah-buah segar dengan harga terjangkau dari pasar wisata di Cibodas. Nikmati liburan anda di kawasan taman nasional, dengan indahnya pesona alam pegunungan, menyegarkan diri anda setelah hari-hari yang sibuk, dan anda dapat belajar tentang alam dan ekosistem alam. Mari bersama-sama melestarikan alam yang sangat berharga ini dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang.
6.5         Web GIS
KONSEP DASAR WEB GIS
Geographic Information System (GIS) merupakan sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara spasial atau koordinat-koordinat geografi. GIS memiliki kemampuan untuk melakukan pengolahan data dan melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisa data. Applikasi GIS saat ini tumbuh tidak hanya secara jumlah applikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman applikasinya. Pengembangan applikasi GIS kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web yang dikenal dengan Web GIS. Hal ini disebabkan karena pengembangan applikasi di lingkungan jaringan telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geo informasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana pengguna dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online melalui jaringan intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya. Secara umum Sistem Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada prinsip input/masukan data, managemen, analisis dan representasi data.
Aplikasi berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai penyedia data melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Applikasi seperti ini bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer, dll). Untuk menampilkan dan berinteraksi dengan data GIS, sebuah browser membutuhkan Pug-In atau Java Applet atau bahkan keduanya. Web Server bertanggung jawab terhadap proses permintaan dari client dan mengirimkan tanggapan terhadap respon tersebut. Dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi dengan server side GIS Komponen. Server side GIS Komponen bertanggung jawab terhadap koneksi kepada database spasial seperti menterjemahkan query kedalam SQL dan membuat representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Side Server GIS Komponen berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk analisis spasial pada data. Selain komponen hal lain yang juga sangat penting adalah aspek fungsional yang terletak di sisi client atau di server

7               METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan naskah usulan skripsi ini meliputi tiga bagian pokok yaitu metode pengumpulan data, metode analisa dan metode perancangan sistem.
Adapun bagan alir tahapan penelitian dan kerangaka berpikir dapat dilihat pada gambar 7.1 dan 7.2 berikut :
a.       Kerangka Berpikir


Gambar 7.1 Kerangka Berpikir
b.      Metodelogi Penelitian
 







Gambar 7.2 Metodelogi Penelitian
7.1         Metode Pengumpulan Data
Langkah requirement definition merupakan langkah awal dalam penelitian ini dimana pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data.
a.       Data Primer
1.      Observasi dilakukan dalam pengambilan data-data di lapangan
2.      Wawancara dilakukan dengan pihak pengelola TNGGP untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
b.      Data Sekunder
3.      Studi literatur
Studi literatur didapat dari referensi berbagai sumber, baik dari buku, jurnal dan dari internet.

7.2         Metode Analisa pengukuran Pola Sebaran Habitat Satwa Langka
Penelitian ini dikembangkan dengan metode Interpolasi. Merupakan salah satu analisis spasial dalam proses geometris citra, piksel-piksel citra dipetakan dari suatu citra kecitra yang lainnya melalui suatu teknik pemetaan forward maupun reverse. Pada dasarnya interpolasi adalah suatu proses pendekatan sehingga memungkinkan terjadi perubahan terhadap degradasi kualitas citra pada saat algoritma interpolasi diterapkan. Sedangkan dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga terbuatlah peta atau sebaran nilai pada seluruh wilayah (Gamma Design Software, 2005). Dalam pengaplikasian metode yang digunakan yaitu metode IDW.
Metode IDW (Inverse Distance Weighted)
Metode ini memiliki asumsi bahwa setiap titik input mempunyai pengaruh yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak. Metode IDW umumnya dipengaruhi oleh invers jarak yang diperoleh dari persamaan matematika. Pada metode interpolasi ini dapat menyesuaikan pengaruh relatif dari titik sampel. Nilai power pada interpolasi IDW ini menentukan pengaruh terhadap titik-titik masukan (input), dimana pengaruh akan lebih besar pada titik-titik yang lebih dekat sehingga menghasilkan permukaan yang lebih detail. Pengaruh akan lebih kecil dengan bertambahnya jarak dimana permukaan yang dihasilkan kurang detail dan terlihat lebih halus. Jika nilai power diperbesar berarti nilai keluaran (output) sel menjadi lebih terlokalisasi dan memiliki nilai rata-rata yang rendah. Penurunan nilai power akan memberikan keluaran dengan rata-rata yang lebih besar karena akan  memberikan pengaruh untuk area yang lebih luas. Jika nilai power diperkecil maka dihasilkan permukaan yang lebih halus. Bobot yang digunakan untuk rata-rata adalah turunan fungsi jarak antara titik sampel dan titik yang diinterpolasi (philip dan waton, 1982 dalam merwade et al. 2006). Fungsi umum pembobotan adalah invers dari kuadrat jarak, dan persamaan ini digunakan pada metode invers distance weighted yang dirumuskan dalam formula berikut ini (Azpura dan Ramos, 2010)
Dimana Zi (i = 1,2,3, ... ,N) merupakan nilai ketinggian data yang ingin diinterpolasi sejumlah N titik, dan bobot (weight) wi yang dirumuskan sebagai:
P adalah nilai positif yang dapat diubah-ubah yang disebut dengan parameter power (biasanya bernilai .2) dan hi merupakan jarak dari sebaran titik ke titik interpolasi yang dijabarkan sebagai
(x,y) adalah koordinat titik interpolasi dan (xi,yi) adalah koordinat untuk setiap sebaran titik. Fungsi peubah weight bervariasi untuk keseluruhan data sebaran titik sampai pada nilai yang mendekati nol dimana jarak bertambah terhadap sebaran titik.
Kelebihan dari metode interpolasi IDW ini adalah karakteristik interpolasi dapat terkontrol dengan membatasi titik-titik masukan yang digunakan dalam proses interpolasi. Titik-titik yang terletak jauh dari titik sampel dan yang diperkirakan memiliki korelasi spasial yang kecil atau bahkan tidak memiliki korelasi spasial dapat dihapus dari perhitungan. Titik-titik yang digunakan dapat ditentukan secara langsung, atau ditentukan berdasarkan jarak yang ingin diinterpolasi IDW adalah tidak dapat mengestimasi nilai diatas nilai maksimum dan dibawah nilai minimum dari titik-titik sampel (Pramono, 2008) [14]

7.3         Metode Perancangan Sistem dengan menggunakan model waterfall
Metode Waterfall adalah suatu proses pengembangan perangkat lunak berurutan, di mana kemajuan dipandang sebagai terus mengalir ke bawah (seperti air terjun) melewati fase-fase perencanaan, pemodelan, implementasi (konstruksi), dan pengujian. Berikut adalah gambar pengembangan perangkat lunak berurutan/ linear (Pressman, Roger S. 2001)







Gambar 7.3 Model Waterfall
1.      Tahap analisis (analysis)
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan kebutuhan elemen-elemen ditingkat perangkat lunak dan perangkat keras serta analisa kebutuhan data. Pada tahap ini dapat  menentukan informasi, fungsi, proses atau prosedur yang diperlukan beserta unjuk-kerjanya.
a.       Analisa Kebutuhan data
Pada penyusunan skripsi terdapat data-data pendukung yang digunakan oleh penulis, dan data-data informasi sebagai bahan dalam mendukung kebenaran akan materi yang disampaikan, beberapa data tersebut meliputi :
Tabel 7.1 Kebutuhan data
No
Jenis Data
Sumber, Tahun
1
Peta Lokasi perjumpaan, skala 1:25.000
Taman Nasional Gede Pangrango, 2014
2
Peta Ketinggian, skala 1:25.000
Taman Nasional Gede Pangrango, 2014
3
Peta Tutupan Lahan, skala 1:25.000
Taman Nasional Gede Pangrango, 2014
4
Peta Aliran Sungai, skala 1:25.000
Taman Nasional Gede Pangrango, 2014

b.    Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan dalam implementasi Sistem Informasi pemetaan sebaran habitat satwa langka ini berupa Laptop (Notebook) dengan spesifikasi sebagai berikut:
1)             Merek                 : TOSHIBA®
2)             Type                   : Satelllite C640
3)             Processor           : Intel(R) Core i3 CPU M370@2.40GHz,,
4)             RAM                  : DDR3 2 GB,
5)             VGA                   : Intel®HD Graphics Family
6)             Harddisk            : Toshiba 500 GB.


Dan GPS Oregon 550 dengan spesifikasi sebagai berikut :
1.             Ukuran unit : 2.3″ x 4.5″ x 1.4″ (5.8 x 11.4 x 3.5 cm)
2.             Ukuran layar : 1.53″W x 2.55″H (3.8 x 6.3 cm); 3″ diagonal (7.6 cm)
3.             Resolusi layar : 240 x 400 pixels
4.             Type layar : TFT Layar sentuh
5.             Berat : 192 gram termasuk battere
6.             Batere : 2 X AA alkaline
7.             Daya tahan batere : 16 jam
8.             Daya tahan air : waterproof IPX7
9.             Tingkat sensitifitas : height sensitif
10.         Kamera : 3.2 MP
11.         Feature : Kompas, altimiter
12.         Traclog : 10.000 log dan 200 track tersimpan
13.         waypoint : 2000
14.         Built in memory : 850 MB
15.         External memory : MicroSD
c.    Perangkat Lunak
Perancangan dan pembuatan sistem informasi sebaran habitat satwa langka  ini menggunakan software pendukung. Perangkat lunak yang digunakan, seperti ditunjukkan pada Tabel 7.2 berikut ini.
Tabel 7.2 Perangkat Lunak
No.
Perangkat lunak
Deskripsi
1
Microsoft Windows 7 Untimate
Sistem operasi yang digunakan
2
ArcGIS 10
Software yang digunakan untuk Mengolah data sebaran habitat satwa langka dan mendigitasi peta sebaran
No.
Perangkat lunak
Deskripsi
3
PostgreSQL
Software yang digunakan untuk mengolah database spasial
4
Macromedia Dreamweaver
Software yang digunakan untuk membuat halaman HTML dan membuatnya lebih mudah untuk merancang sebuah situs web
5
XAMPP 1.7.7
Software yang digunakan sebagai server yang berdiri sendiri (localhost), yang terdiri atas program Apache HTTP Server, PHP, PostgreSQL .
6
Microsoft Office Excel 2007
Software yang digunakan untuk perhitungan bobot dari data yang diperoleh.
7
Microsoft Office Word 2007
Software yang digunakan untuk membuat tulisan ilmiah.
8
Microsoft Office Power Point 2007
Software yang digunakan untuk presentasi.
9
Microsoft Office Visio 2010
Software yang digunakan untuk mendesain flowchart dan UML.

2.      Tahap Perancangan (Design)
Desain sistem yang di usulkan dalam pembuatan Sistem Informasi Spasial Berbasis WebGis pada Pemetaan Sebaran Habitat Satwa Langka ini meliputi beberapa proses diantaranya desain proses, desain basis data, dan desain interface.

a.       Desain Proses
Pada desain proses ini, perancangan dilakukan berdasarkan permasalahan – permasalahan yang ada serta berdasarkan kebutuhan pengguna. Dengan tools Data Flow Diagram (DFD). Data Flow diagram ini dirancang berdasarkan analisa untuk digunakan sebagai rancangan sistem usulan.

Pengguna

SISTEM INFORMASI BERBASIS WEBGIS DALAM PENENTUAN SEBARAN HABITAT SATWA LANGKA


Pihak pengelola TNGGP
 










Gambar 7.3 Diagram Konteks

b.      Desain Basis Data
Setelah perancangan sistem dilakukan, maka selanjutnya adalah perancangan database dengan menggunakan tools Entity Relationship Diagram (ERD) yang menggambarkan hubungan antara entitas – entitas pada DFD, serta normalisasi data untuk mencegah data – data redudance (ganda)
Tabel Basisdata Spasial
Tabel 7.3 Spesies satwa langka
ID
Spesies
Lokasi
X
Y
Ketinggian (mdpl)
Jumlah






















Tabel 6 : Tabel Struktur Field
No
Nama Field
Type Data
Size
Null
Index
1
Id_spesies
Number
15
Y
Primary_Key
2
Spesies
Varchar
20
Y
-
2
Lokai_satwa_langka
Varchar
20
Y
-
3
Koordinat_X
Number
15
Y
-
4
Koordinat_Y
Number
15
Y
-
5
Ketinggian
Number
5
Y
-
6
Jumlah
Number
4
N
-

c.       Desain Antarmuka Aplikasi
Desain antar muka aplikasi ini bertujuan untuk menemukan bentuk yang baik dari tampilan aplikasi, sehingga dapat memudahkan user dalalm pengguna aplikasi, seperti yang dicontohkan pada gambar  7.4 berikut,













Gambar 7.4 Tampilan Antarmuka Aplikasi
3.      Tahap Pemograman (Coding)
Tahap ini sering disebut juga sebagai tahap implementasi perangkat lunak atau coding. Pada tahap ini dilakukan implementasihasil rancangan kedalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh mesin (computer).
4.      Tahap pengujian (testing)
Pada tahap ini terlebih dahulu adalah pengujian terhadap fungsi atau prosedur yang terdapat dalam modul (kelas). Jika setiap fungsi dan prosedur tersebut selesai diuji dan tidak mengalami masalah, maka modul-modul yang bersangkutan dapat diintegrasikan hingga membentuk suatu perangkat lunak yang utuh.
5.      Tahap pengoperasian dan pemeliharaan (maintenance)
Ini merupakan tahap akhir dalam metode waterfall. Software yang sudah jadi dijalankan serta dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya. Perbaikan implementasi unsistem dan peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru.
8               JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta pembuatan laporan berupa presentasi hasil penelitian. Dalam tahap persiapan dilakukan perencanaan menyeluruh terhadap segi pendanaan, pengumpulan literatur dan observasi untuk pengumpulan data. Tahap pelaksanaan, merupakan kegiatan yang membutuhkan alokasi waktu cukup lama, karena kegiatan ini meliputi perancangan, pembuatan dan uji coba aplikasi yang akan dibuat. Tahap pembuatan presentasi merupakan tahap akhir pelaksanaan penelitian ini. Jadwal pelaksanaan penelitian diujudkan dalam bentuk bar chart atau time table seperti ditunjukkan pada lampiran 1.

9               RENCANA BIAYA PENELITIAN
Biaya penelitian ini  meliputi biaya transportasi, biaya akses Internet, biaya ATK dan biaya tak terduga. Biaya transportasi digunakan untuk transportasi ke, perpustakaan, toko buku dan lain-lain sebesar Rp 900.000 (sembilan ratus ribu rupiah). Biaya akses Internet sebesar Rp 400.000,00 (empat ratus ribu rupiah). Biaya ATK sebesar Rp 300.000 (tiga ratus ribu rupiah). Biaya ATK digunakan membeli alat tulis, pembuatan prosposal, pembuatan skripsi dan lain-lain. Biaya tak terduga disediakan biaya sebesar Rp 400.000 (empat ratus ribu rupiah). Biaya ini digunakan untuk membiayai keperluan diluar dugaan. Total biaya sebesar Rp 2.000.000 (dua juta rupiah). Rincian perkiraan biaya penelitian seperti ditunjukkan pada tabel II.

























10           DAFTAR PUSTAKA
[1]     TNGGP. 12 Desember 2013. http://www.gedepangrango.org/.
[2]     Perburuan Hewan Langka Merajalela. 02 Desember 2013 http://www.bimbingan.org/perburuan-hewan-langka.htm
[3]     Sistem Informasi Geografis. 02 Desember 2013 http://erwingeograf. blogspot.com/2012/02/ sistem-informasi-geografi.html
[4}    Pengembangan Software dengan Metode Waterfall, 28 Desember 2013 http://www.etunas.com/web/pengembangan-software-dengan-metode-waterfall.htm

[5]     Alamendah. Suruli Jawa atau Presbytis comata Lutung Endemik Jawa. 30 Desember 2013. http://alamendah.org/2011/03/29/

[6]     Alamendah. Macan Tutul Jawa Kucing Besar Terakhir Di Jawa. 30 Desember 2013. http://alamendah.org/2010/01/25/

[7]     Trenggiling Dagingnya 1 juta per Kg. 30 Desember 2013. http://alamendah.org/2009/10/28/
[8]     Halimatussa’diah, Siti. 2011. Rancang Bangun Sistem Informasi Spasial Berbasis WEBGIS pada sebaran pencemaran udara. Tugas Akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
[9]     Lubis, Muhammad Irfansyah. 2008.  Pemodelan Spasial Habitat Katak Pohon Jawa (Rhacophorus Javanus Boettger 1893) Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis Dan Penginderaan Jarak Jauh Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat. Depertemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
[10]   Gunawan, Hendra. 2009. Sebaran Populasi Dan Seleksi Habitat Macan Tutul Jawa, Panthera pardus melas Cuvier 1809 Di Provinsi Jawa Tengah  Fakultas Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
[11]   Dewi Helianthi. 2007. Pemetaan Kesesuaian Habitat Owa Jawa (Hylobates Moloch Audebert 1797)  Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB  
[12]   Marlan. 2009. Studi Sebaran Spasial Aktivitas Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) Di Sptn V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci Seblat. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
[13]   Oktalina  Susi. 2010. Tingkat Kesesuaian Dan Preferensi Habitat Leptophryne Cruentata, Tschudi 1838. Sekolah Pascasarjan Institut Pertanian Bogor
[14]   Monika Junita Pasaribu, Haryani Suryo Nanik. 2012. Perbandingan Teknik Interpolasi DEM SRTM dengan Metode Invers Distance Weighted (IDW), Natural Neighbor dan Spline. Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, LAPAN

[15]   Yosua Albert. 2007. Sistem Informasi Geografis Berbasis Web penyebaran Demam Berdarah Dengue Kota Bogor. Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar